tentang sampah

Sampah Tarik Miliaran Dana PBB
INILAH.COM, Bekasi - Sampah dulu identik dengan bau busuk. Tapi kini situasinya berbeda. Sampah di Bantar Gebang Bekasi, akan menjadi sumber penghasilan berlimpah dari lembaga PBB melalui kompensasi carbon credit.
Walikota Bekasi, Mochtar Mohamad dengan mantap menyatakan, "kita siap menerima berapapun sampah dari berbagai wilayah di pulau Jawa. Sampah bukan lagi momok yang menakutkan".
Mochtar benar. Bila dulu mendengar sampah akan dibuang di tempatnya, andrenalin orang bisa langsung naik. Bahkan berbagai konotasi jelek diidentikkan dengan sampah seperti sampah masyarakat, namun kini situasinya telah berbeda.
Lembaga PBB di bidang pengawasan lingkungan akan menyalurkan dana sebesar 10 euro untuk setiap ton C02 dan gas metan yang dibakar dari sampah melalui skema dana kompensasi carbon credit.
Sampah di TPST Bantar Gebang juga diolah menjadi pupuk organik yang kini telah mulai berproduksi. Selain juga menghasilkan energi listrik melalui proses biogas dari residu sampah yang mampu menghasilkan daya 25 Megawatt.
Kegiatan pengolahan sampah terpadu di Bantargebang Kota Bekasi telah membuat bank dunia dan masyarakat dunia ikut bangga dengan upaya penyelamatan bumi dari pengaruh penipisan lapisan ozon yang berdampak fatal terhadap kehidupan.
Dari sampah saja jutaan gas metan dihasilkan setiap harinya di Jakarta dan Bekasi, yang mampu membuat kerusakan terhadap lingkungan.
Limbah gas metan mempunyai dampak 20 kali lebih besar dari gas mobil yang ekuivalen dengan 20 kali karbondioksida yang dihasilkan melalui limbah kendaraan bermotor.
"Kini potensi perusak lapisan ozon itu bahkan menjadi pupuk organik, menghasilkan energi listrik dan lainnya yang sangat bermanfaat bagi kegiatan pertanian dan jasa," kata Mochtar Mohamad.
Dari hasil pemanfaatan sampah, katanya, akan menjadi pemasukan besar bagi kas daerah kota Bekasi. Dana yang terkumpul mampu mendanai 37 persen pendidikan gratis serta kesehatan gratis bagi warga setempat.
Sampah yang dimiliki kota Bekasi di Bantar Gebang yang menghasilkan gas metan dan C02 tidak serta merta bisa ramah lingkungan. Diperlukan pemrosesan melalui landfill gas flaring.
Teknik itu kini tengah digunakan untuk mengolah seluruh sampah di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang kota Bekasi untuk selanjutnya dibakar hingga limbah yang mengandung Co2 dan gas metan itu tersebut tidak lagi merusak lapisan ozon.
Kepala badan pengelolaan lingkungan hidup kota Bekasi, Dudi Setiabudhi, di sela kegiatan pencanangan kampanye lingkungan "Balad Kuring" Sabtu, mengatakan, gas metan dan C02 harus dibakar terlebih dahulu dengan peralatan canggih agar tidak lagi merusak lapisan ozon.
Investasi peralatan canggih tersebut sepenuhnya didanai oleh pihak swasta. "Dari setiap ton C02 dan gas metan yang dibakar nantinya akan ada kompensasi berupa carbon credit dari lembaga PBB yang bergerak di bidang lingkungan hidup dunia sebesar 10 euro pertonnya. Dana itu sebagian besar akan dimiliki swasta, sebagai penyedia peralatan dan terlibat dalam pengolahan" ujarnya.
Dudi mengatakan, setiap tahun peralatan yang terletak di sumur batu Bantar Gebang itu mampu mengolah setidaknya 50 ribu ton sampah.
Bila seluruh persyaratan yang ditetapkan lembaga PBB tersebut terpenuhi berarti dana yang didapat mencapai 500 ribu euro. Sebesar 10 persen dari dana itu untuk Pemkot Bekasi, tujuh persen untuk warga sekitar tempat sampah dan 83 persen untuk investor.
Dudi mengatakan, pada tiga bulan 2009 terhitung April-Juni akan dilakukan registrasi, setelah itu dilakukan validasi dan dicek oleh validator lembaga PBB untuk mengetahui berapa sampah yang dibakar.
Dana itu baru bisa diterima dari lembaga PBB bila sudah terpenuhi delapan proses, dimulai menyusun tim, studi kelayakan sampai mendapatkan certified emission reduction.
"Proses tersebut sebagian sudah terlewati dan kita harapkan saja setidaknya pada 2009, dana kompensasi carbon credit untuk beberapa bulan kegiatan 2008 sudah bisa dicairkan," ujarnya.
0 Responses

Posting Komentar

abcs